Masa
Pendudukan Jepang Di Indonesia
Masuknya
Jepang ke wilayah Indonesia
Sebagai
Negara fasis-militerisme di Asia, Negara Jepang merupakan negara yang sangat
kuat diantara Negara-negara di Asia lainnya, hal ini meresahkan kaum pergerakan
nasional di Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia II, Negara Jepang terjun
dalam kancah peperangan itu. Di samping itu, terdapat dugaan bahwa suatu saat
akan terjadi peperangan di Lautan Pasifik. Hal ini didasarkan pada suatu
analisis politik. Sedangkan sikap pergerakan politik bangsa Indonesia dengan
dengan tegas menentang dan menolak bahwa fasisme sedang mengancam dari daerah
utara. Sikap ini dinyatakan dengan jelas oleh Gabungan Politik Indonesia
(GAPI).
Sementara
itu di Jawa muncul Ramalan Joyoboyo yang mengatakan bahwa pada suatu saat pulau
Jawa akan dijajah oleh bangsa kulit kuning, tetapi umur penjajahannya hanya
“seumur jagung”. Setelah penjajahan itu akhirnya Indonesia merdeka.
Pada bulan Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh
Nazi Jerman. Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di bulan Juli
mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan Britania Inggris. Negosiasi dengan
Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di
Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun
itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatera menerima bantuan Jepang untuk
mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang
terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942. Pada Juli 1942, Soekarno menerima
tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang
juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno,
Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi,
tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang
tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami
siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan
kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda
merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada
bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri Jepang.
Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki
melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka
melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus,
apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi
setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan,
baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Kemudian Admiral Isoroku Yamamoto,
Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat
berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar.
Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat
tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan,
4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274
pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal
perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan
menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor
di kepulauan Hawai.
Sedangkan kekuatan kedua, sisa kekuatan
Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam Operasi
Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang akan
dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi
Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur, seluruh
operasi direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin
armada yang ditugaskan menyerang Pearl
Harbor adalah Hideki.
Hari minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom pembawa
torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang.
Pengeboman di Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar
serta merusak 6 kapal perang lain. Selain itu, serangan Jepang tesebut juga
menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika
tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika
selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941,
Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang. Perang Pasifik ini berpengaruh
besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk
Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda adalah untuk
menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi
perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan
bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber
minyak utama.
Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di Lautan
Pasifik yang melibatkan Jepang. Melihat keadaan yang semakin gawat di Asia,
maka penjajah Belanda harus dapat menentukan sikap dalam menghadapi bahaya dari
Jepang. Sikap tersebut dipertegas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yaitu Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van Starkenborgh S
dengan mengumumkan perang melawan Jepang.
Angkatan perang Jepang sangat kuat, Sehingga Hindia
Belanda yang merupakan benteng kebanggaan Inggris di Asia Tenggara akhirnya
jatuh ke tangan Jepang. Peperangan yang dilakukan oleh Jepang di Asia Tenggara
dan Lautan Pasifik ini diberi nama Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik.
Dalam waktu yang sangat singkat, Jepang telah dapat menguasai daerah-daerah di
Asia Tenggara seperti Indochina, Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia,
Filipina, dan Indonesia.
Secara
kronoligis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah sebagai
berikut: diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemudian Minahasa,
Sulawesi, Balikpapan, Ambon. Kemudian pada bulan Februari 1942 pasukan Jepang
menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.
Pendudukan
Jepang terhadap Palembang lebih dulu, karena bagi Jepang mempunyai arti yang
sangat penting dan strategis yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi
pusat kedudukan Belanda di Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan
Inggris. Kemudian pasukan Jepang melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di
daerah Banten, Indramayu, Kragan (antara Rembang dan Tuban). Selanjutnya
menyerang pusat kekuasaan Belanda di Batavia (5 Maret 1942), Bandung (8 Maret
1942), dan akhirnya pasukan Belanda diJawa menyerah kepada Panglima Bala
Tentara Jepang Imamura di Kalijati
(Subang 8 Maret 1942). Dengan demikian, seluruh wilayah Indonesia telah menjadi
bagian dari kekuasaan Jepang.
Penyerahan tanpa syarat Letnan Jenderal H. Ter Poorten,
Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda kepada pimpinan tentara Jepang Letnan Jenderal Hitoshi Imamurayang
terjadi pada tanggal 8 Maret 1942, hal ini menandai berakhirnya pemerintahan
Hindia Belanda di Indonesia yang kemudian digantikan oleh pemerintahan
pendudukan Jepang. Dengan begitu Indonesia memasuki periode baru, yaitu periode
pendudukan Jepang. Berbeda dengan zaman Hindia Belanda yang hanya terdapat satu
pemerintahan sipil, pada zaman pendudukan Jepang terdapat tiga pemerintahan
militer pendudukan yaitu sebagai berikut:
a.
Pemerintahan Militer Angkatan Darat atau
Rikugun (Tentara ke-25) untuk daerah
Jawa dan Madura dengan pusatnya di Jakarta.
b.
Pemerintahan Militer Angkatan Darat atau
Rikugun (Tentara ke-16) untuk daerah
Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya di Bukittinggi.
c.
Pemerintahan Militer Angkatan Laut atau Kaigun (Armada Selatan ke-2) untuk daerah
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dengan pusatnya di Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar